Thursday, November 25, 2010
Menang Ala Spartacus
Spartacus: Blood and Sand adalah sebuah sajian serial TV yang mengangkat kehidupan para gladiator. Inspirasi Sejarah Zaman Spartan
Sejarah Spartacus
Menurut catatan sejarahnya (http://www.suite101.com/), Spartacus dilahirkan di Thrace, sebuah wilayah Eropa yanag sekarang terdiri dari bagian Yunani modern, Bulgaria, dan Turki. Pada suatu kurun waktu Spartacus menjadi budak dan tinggal di sebuah Ludus (Roma sekolah gladiator) di Capua. Ludus ini dimiliki oleh Gnaeus Cornelius Lentalus Batiatus (atau Vatia). Di tempat inilah Spartacus menjalani masa-masa berat dan gawat.Spartacus seperti juga para gladiator lainnya, selama di ludus menjalani pilihan hidup-mati. Saat berhadapan dengan lawan, pilihannya hanya dua: membunuh atau dibunuh.
Gladiator: Budak Nafsu
Menyaksikan TV-serial ini, kita akan disuguhi adegan berdarah-darah. Maut datang menjemput para gladiator naas setiap ada pertunjukan. Jelas, pertunjukan! Gladiator adalah pertunjukan yang disaksikan masyarakat pada waktu itu sebagai hiburan belaka. Masyarakat yang menyalurkan birahi membunuh melalui teater arena; yang datang secara bebas berekspresi, terutama dalam hal menyoraki kebrutalan para gladiator, selebihnya mereka juga ditampilkan ada yang sambil melakukan hubungan badan atau memertontonkan auratnya sebagai reaksi terhadap sebuah adegan atraktif (baca: sadis).Gladiator secara riil adalah budak sosial. Mereka sudah dibeli. Tetapi juga sebagai objek budak nafsu publik dan privasi yang menguasainya.
Bila dilihat dari sudut pandang para gladiator, sungguh menerenyuhkan. Menghadapi hari-hari dijemput maut atau menjadi penjemp-ut maut lawan, padahal mereka juga masing-masing memiliki masalah pribadi. Tertinggal dengan kekasih, istri dan atau anak.
Pada sisi lain, gladiator yang jantan secara biologis, ternyata juga ada yang jadi peliharaan istri elitis di ludus. Termasuk istri Batiatus, pemilik ludus. Batiatus adalah tokoh antagonis yang dikelilingi oleh para pelicik yang berdarah dingin. Istrinya, yang lacur dan haus kekayaan serta gila hormat, serta makelar kasus jual beli manusia dan taktik.
Spartacus sendiri selama menjalani masa hidup-mati di ludus, dia dipisahkan dari istrinya, Sura. Itulah sebabnya, Spartacus mengajukan persyaratan bahwa kalau dia berhasil membunuh lawan yang pada waktu itu tanpa tanding, meminta agar istrinya yang diculik oleh Claudius Glaber, pemimpin militer Roma yang telah melemparkan Spartacus ke ludus dan menjual istrinya sura sebagai budak di Syiria, di datangkan.Batiatus berkat kaki-tangannya yang handal telah mengetahui keberadaan Sura. Sehingga menyanggupi permintaan Spartacus.
Betul, Spartacus berhasil mengalahkan (membunuh) lawan tangguh, Batiatus mengabulkan permintaan Spartacus. Sura pun didatangkan. Melalui sebuah pedati (roda) bertingkap Sura tiba. Pedih hati Spartacus, saat dia membuka tingkap, Sura disaksikannya dalam keadaan berdarah-darah parah dan sekarat, yang menurut penjempuutnya karena telah dibantai penjahat di perjalanan. Sura dijemput maut dipelukan Spartacus.
Spartacus dari Tokoh Pribadi ke Tokoh Publik
Sejak saat itu harapan Spartacus tidak lagi sekadar bagaimana menjadi manusia yang bebasuntuk mendapatkan kembali Sura. Suatu hal yang lebih besar dibanding dengan sekadar memeroleh kekasih pribadi. Proses itulah yang membawa Spartacus ke tingkat yang lebih tinggi. Dari berjuang untuk diri sendiri ke tingkat berjuang untuk kepentingan bersama, para gladiator dan budak lainnya. Kemerdekaan komunitas. Spartacus kemudian juga menemukan fakta bahwa Sura mati, ternyata di bawah skenario maut Batiatus yang tak rela melepas Spartacus.Sebab sebagai gladiator tangguh Spartacus adalah lumbung koin kemakmurannya. Setiap Spartacus menang, maka Batiatus juga menang taruhan.
Sampai....tiba saatnya. Dalam sebuah adulaga antara Spartacus dengan lawan dan kawan tangguhnya Crixius, setelah tanding beberapa jurus yang seru; disambut soraai Batiatus dan para tamunya, Spartacus dan Crixius lantas memungkasnya dengan adegan berbalik perlawanan terhadap Batiatus beserta pasukan dan kakitanganya. Pemberontakan tersebut berhasil. Batiatus, istri dan ponggawanya punah dibantai.
Menurut perawiannya. Masa Spartacus tersebut terjadi pada tahun 73 SM. Tahun kejadian ini penting dicatat, sebab adegan dan bahasa yang ditampilkan di film televisi ini dikatakan menggambarkan saat itu. Adegan "parno", muncul di sana-sini secara benderang. Maka, filem ini hanya pantas untuk ditonton orang dewasa. Kecuali ada upaya sensor. Tetapi bila untuk kepentingan dasaran sejarah cukup diintroduksikan, bahwa filem ini juga bermuatan fakta sejarah, maka pornografi tersebut tidak ada. Sebab begitulah faktanya, di waktu abad itu. Kehidupan spartan di ludus adalah kehidupan kedagingan.
Hal yang penting dicamkan dari seri televisi yang mencapai 13 episode ini (Spartacus: Blood and Sand) adalah lepas dari teknik penggarapannya masih di bawah kualitas filem laga Ninja Assassin, adalah kisah keteguhan Spartacus. Wataknya yang gigih dan tenang, walaupun sadis saat menghadapi lawan, menginspirasi para petarung saat ini. Entah di ranah politik maupun ekonomi.Terutaama di dalam menghadapi para lawan yang licik dan berdarah dingin. Pentingnya kesabaran walaupun dalam posisi kuat, dalam menjalankan konsolidasi serta penetapan waktu pengambilan keputusan adalah kunci keberhasilan. Spartacus, menang bukan semata ketangguhan otot belaka, melainkan otak. (***).
Oleh The Indit
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment